A
Mindfulness-Based Treatment of Obsessive-Compulsive Disorder
Abstrak
Mereka yang menderita gangguan
obsesif-kompulsif (OCD), sebagian besar tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan
yang standar dari dua percobaan Serotonin
reuptake inhibitor (SRI) dan Cognitive behavioral therapy (CBT) . Selain
menjadi refrakter terhadap pengobatan, orang-orang yang
memiliki gangguan ini dapat mempengaruhi
kualitas hidup mereka. Para penulis menyajikan kasus seorang
individu yang dibantu untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan
menerima dirinya adalah seorang OCD dan sebagai kekuatan serta meningkatkan kesadaran sehingga
dia mampu memasukkan OCD-nya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dia berhasil mengatasi OCD-nya, melemahkan
dan ini diperoleh dari semua pengobatan dalam waktu 6 bulan intervensi. Tiga
tahun pasca intervensi tindak lanjut menunjukkan bahwa dia
sehat, memiliki gaya hidup sehat meskipun tetap ada beberapa pikiran obsesif,
mereka tidak mengontrol perilakunya.
Inti Kasus
Janice berusia 25 tahun, seorang
Kaukasia. Dia mengalami OCD ‘bebersih’,
selalu membersihkan dirinya dan ruangannya. Ketakutan akan kuman yang membuatnya selalu bebersih. Menurutnya kuman dapat
membuatnya sakit bahkan mati. Janice sangat peduli akan kebersihan, ini didapat
dari ibunya. Saat usianya 10 tahun, adiknya meninggal dunia, dan dia percaya
bahwa kepergian adiknya dikarenakan dirinya. Waktu itu setelah dia bermain di
taman, dia memegang adiknya dengan tangannya yang kotor, untuk menghentikan
tangisan adiknya.
Dokter pribadi keluarganya
menyatakan bahwa Janice mengalami OCD dan memerlukan pengobatan Serotonin reuptake inhibitor (SRI). Seiring waktu, intensitas
frekuensi OCD-nya menjadi sering dan sulit baginya untuk
mengontrol dengan obat-obatan. Bila hanya dengan obat, itu sangat tidak
efektif, dia juga menerima adjunctive psychology therapy. Dia pernah
dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak empat kali karena OCD-nya
pada tahun lalu. Dia diobati dengan obat dan Cognitive behavioral therapy (CBT), dan distabilkan. Rawat inap saat ini adalah yang kelima karena dia benar-benar
suda lemah kerena OCD-nya, sejauh ini dia tidak dapat meninggalkan kamarnya selain untuk
mengurus kebersihan dirinya karena dorongan kecemasannya yang tinggi.
Analisis
Dari kasus tersebut didapatkan
bahwa Janice mengalami Gangguan Obsesif- Kompulsif (PPDGJ-III). Janice merasa
khawatir akan kebersihan sehingga dia harus berulangkali membersihkan kamarnya
dan dirinya agar tidak terkena kuman.
Pedoman Pikiran Obsesif. Keadaan
dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan),
yang sifatnya mengganggu (ego alien). Dan meskipun isi pikiran tersebut
berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distres).
Pedoman Tindakan Kompulsif. Umumnya tindakan
kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khusunya mencuci tangan), memeriksa
berulang-ulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi
bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapihan dan keteraturan. Hal tersebut dilatar
belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber
dari dirinya dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak
efektif untuk menghindari bahaya tersebut. Dan tindakan ritual kompulsif
tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan
kadang-kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan mengambil keputusan dan
kelambanan.
- Disfungsi psikologis yaitu individu abnormal dimana individu tersebut tidak dapat menjalankan perannya. Ada 3 kriteria individu yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
- Secara kognitif : Janice merasa cemas akan kebersihan, kehawatiran akan kuman-kuman yang dapat membuatnya sakit bahkan mati. Saat dia telah melakukan sesuatu atau ada sesorang menyentuh barang-barangnya, dia langsung membersihkan dirinya dan membersihkan barang-barangnya.
- Secara afektif : Janice selalu merasa bersalah karena dia beranggapan bahwa kematian adiknya disebabkan oleh dirinya, saat tangannya kotor dan dia menghentikan tangisan adiknya dengan tangannya yang kotor. Sehingga dia ‘harus selalu’ dalam kedaan bersih.
- Secara psikomotor : Jasice menghindari aktivitas yang menurutnya akan membuat dirinya kotor, karena itu akan mengancam dirinya.
- Distress (impairment) hendaya yaitu individu abnormal yang menunjukan keadaan "merusak" diri baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik : Janice mengalami kelelahan karena selalu malakukan bebersih. Secara psikis : Janice merasa cemas saat dia bersosialisasi, karena dia khawatir akan terkena kuman. Dan situasi ini membuat Janice tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
- Respon atipikal yaitu respon yang tidak sesuai dengan sosiokultural yang ada dilingkungan sekitarnya. Janice selalu merasa cemas sehingga dia harus selalu membersihkan dirinya, ruangannya dan barang-barangnya. Dan ini membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas yang baik sehari-harinya. Dalam budaya sekitarnya, hal ini tidak wajar, karena bagaimana pun juga Janice harus melakukan aktivitas sehari-hari yang setiap orang lakukan.
Sumber :
- Jurnal "A Mindfulness-Based Treatment of Obsessive-Compulsive Disorder", NIRBHAY N. SINGH-ONE Research Institute, ROBERT G. WAHLER-University of Tennessee, Knoxville, ALAN S. W. WINTON-Massey University, ANGELA D. ADKINS-Western State Hospital, THE MINDFULNESS RESEARCH GROUP. Clinical Case Studies/2004.
- PPDGJ-III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar