Minggu, 20 Mei 2012

Tugas Analisa Kasus "Gadis Manja dan Primadona"



Dalam pendekatan psikoanalisa yang mempelajari penyakit jiwa, apapun gangguannya baik psikotik maupun non psikotik disebabkan karena adanya "ketidakseimbangan" dari ID-EGO-SUPEREGO dari individu tersebut. Maka fokus assesment yang digunakan pada pendekatan ini yaitu menemukan masa lalu dan melihat paradigma psikopatologi dari individu yang mengalami gangguan, seperti analisa kasus dibawah ini :


Childhood Event
  • Figur ibu lebih dominan
  • Figur ayah tidak berfungsi
  • Pola asuh Patogenik

Later Life Event
  • Tuntutan prestasi yang tinggi
  • Menjadi Primadona di lingkungannya
  • Subjek memiliki banyak pacar
  • Tuntutan untuk menikah

Conditioning Event
  • Figur ibu lebih dominan
  • Figur ayah tidak berfungsi
  • Dependensi karena selalu dimanja

Traumatic Event (Tidak ada)
Precipitating Event
  • Perasaan kecewa, merasa kurang diperhatikan dan disepelekan oleh suami serta konflik kebingungan dalam diri subjek untuk menuruti suami atau ibu subjek dalam hal minum obat.

The Complex
  • Subjek merasa malu karena tingkat pendidikan yang tidak sejajar dengan suaminya
  • Subjek merasa suaminya cuek dan jarang sekali berkomunikasi dengannya
  • Subjek merasa direndahkan oleh suami, karena setiap kali ada masalah subjek tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Coping tidak efektif
  • Maka kumpulan dari kekecewaan dan perasaan tertekan yang dialami  subjek selalu disimpan dalam dirinya sendiri(Defence mechanism, berupa represi) menyebabkan subjek melakukan penyesuaian diri yang salah.

AKIBATNYA : 
Muncul simtom-simtom gangguan jiwa

Tahukah anda dengan "This Guy"?



Ya, dia adalah Anders Behring Breivik .Pria yang membunuh 77 orang di Norwegia, Juli tahun lalu.

BIOGRAFI
Lahir di Norway, 13 February 1979
Kebangsaan Norwegia
Agama : Christianity
Anders dikenal sebagai pria pemeluk Kristen yang taat beribadah. Lahir dalam lingkungan keluarga kelas menengah, Ibu Anders adalah seorang perawat, ayahnya merupakan seorang Diplomat di Kedutaan Besar Norwegia,London. Namun, ayah dan ibu Anders bercerai saat usia Anders menginjak 1 tahun.Saat masih remaja Anders dikenal sebagai pemuda biasa yang lebih senang menghabiskan waktunya sendiri, tidak terlihat sama sekali bahwa dirinya tertarik pada politik saat itu. sebelumnya tidak pernah memiliki catatan tindak kriminal di kepolisian dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan di kemiliteran. Latar belakang pendidikan Anders yaitu sekolah Managemen di Oslo. 



Ini adalah beberapa statement nya dalam persidangan dan wawancara :
Pria ini membual tentang serangan yang dilakukannya dalam lanjutan sidang di Oslo, Selasa 17 April.
Mengingat Breivik saat menjalani pengadilan secara terang-terangan tidak menyesali apa yang ia perbuat. "Muslim di Eropa tak ubahnya kanker yang tumbuh agresif. Suatu hari, mereka akan menjadi kekuatan dominan," kata pria berusia 33 tahun ini dihadapan pengadilan.
"Saya telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak Perdang Dunia II," kata Anders Breivik di ruang pengadilan.
Dia mengaku melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan pemuda di Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan pembunuhan massal.
"Tindakan itu didasarkan pada kebaikan, bukan setan," tuturnya dan menambahkan dia akan melakukannya serangan yang sama.
Breivik juga mengatakan tindakannya itu diinspirasi dari al-Qaeda dan dia menyangka dia masih hidup pada hari serangan tersebut.
Ketika mengakhiri pernyataannya -karena dipaksa oleh hakim- dia mengatakan bertindak untuk membela Norwegia dalam melawan imigrasi dan multikulturalisme.
Hakim berulang kali menyela untuk meminta Breivik mempersingkat pernyataannya namun beberapa kali pula dia berkeras menegaskan masih ada yang ingin dia sampaikan.
Wartawan BBC, Matthew Price, yang meliput sidang mengatakan bukti-bukti yang disampaikan Breivik amat penting jika dia dinyatakan waras. Sidang ini dihadiri oleh para psikiater untuk mengamati kondisi kejiwaan Breivik.
Salah satu pertanyaan yang masih membayang-banyangi pengadilan yang akan berakhir sepuluh pekan mendatang adalah kondisi jiwa Breivik, yang pernah mengatakan tidak mengenal ruang pengadilan.
Selama persidangan, Breivik tampak tidak memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika pengadilan memutar video anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di internet pada hari penyerangan.
"Saya telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak Perdang Dunia II."
Pengacaranya mengatakan dia tampaknya menangis karena merasa serangannya kejam namun dibutuhkan untuk 'menyelamatkan Eropa dari perang yang sedang berlangsung.'

Ruang sidang khusus
Sidang sempat terhenti dan salah seorang dari tiga juri yang merupakan warga biasa -yang di Norwegia ikut mendampingi hakim profesional untuk mengamil keputusan- dihentikan karena pernah mengatakan Breivik sebaiknya dijatuhi hukuman mati.
Thomas Indreboe diganti oleh seorang hakim warga biasa yang Senin kemarin menghadiri sidang.
Breivik meledakkan sebuah bom yang ditaruh di mobil barang di luar kantor pemerintah di Oslo pada tanggal 22 Juli dengan korban jiwa delapan orang.
Dia kemudian pergi ke Pulau Utoeya dengan mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan secara serampangan ke arah peserta perkemahan pemuda yang dilakukan Partai Buruh yang memerintah di Norwegia.
Dalam serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.
Dia menghadapi ancaman hukuman 21 tahun penjara yang bisa diperpanjang sehingga berada di dalam penjara sepanjang hidupnya.
Ruang sidang untuk Breivik ini disengaja dibangun khusus dengan kapasitas 200 pengunjung. Sebuah dinding kaca ditempatkan untuk memisahkan para korban dan keluarga korban dari Breivik.
Tujuan sidang kali ini adalah untuk membuktikan apakah Breivik mengalami gangguan jiwa atau tidak.
Dalam sidang sebelumnya, Jumat (20/4), Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoeya yang saat itu dipenuhi pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai Buruh.
Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar '100 suara' di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu.
Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
Breivik menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru.
"Semua memohon agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata Breivik.
Beberapa orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak mereka.
Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang untuk melindungi mereka.
Wartawan BBC Steven Rosenberg yang hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang sidang berubah menjadi tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.

Mekanisme perlindungan
Breivik mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme.
Dia mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo.
"Namun penembakan Utoeya menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk seperti yang direncanakan," ujarnya,
Hukuman Breivik tergantung keputusan pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan menghadapi hukuman penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa.
Breivik sendiri mengaku dirinya tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim.
Dalam pernyataan lain di depan pengadilan, Breivik mengaku dia adalah manusia normal dalam situasi normal dan sangat peduli dengan orang di sekitarnya.
Dia juga memahami bahwa kesaksian yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain ketakutan.
Tetapi, lanjut Breivik, dia telah menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya melakukan pembunuhan.
Pria berusia 33 tahun itu menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.
Saat ditanya apakah dia pernah merasakan kesedihan, Breivik mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.

Dan para ahli mengatakan bahwa Breivik mengidap Paranoid Schizophrenia.
Tim psikiater yang ditunjuk pengadilan di Norwegia menyimpulkan bahwa Anders Behring Breivik dalam keadaan tidak waras ketika melakukan kejahatannya.
Para ahli jiwa mengatakan Breivik mengidap Paranoid Schizophrenia.
Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.
Kesimpulan tim psikiater yang tercantum dalam laporan setebal 243 halaman yang akan diuji oleh satu tim panel organisasi medis Norwegia.
Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiawaan, ia masih akan menjalani persidangan April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang di Pulau Utoeya.
Breivik telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun tetap menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah.
Namun besar kemungkinan ia akan dikirim ke rumah sakit jiwa, bukan ke penjara, setelah menjalani proses hukum. Sebelum keterangan resmi mengenai kondisi kejiwaan Breivik diumumkan, pengacaranya mengatakan Breivik tidak boleh dibiarkan bebas.
"Untuk kasus ini, apa pun kesimpulannya, Breivik harus tetap dikurung," kata John Christian Elden, pengacara Breivik. "Jangan biarkan ia bebas di luar," tegasnya.

Analisa :
Breivik masuk dalam kategori abnormal yang menderita penyakit kejiwaan yaitu Skizofrenia Paranoid dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Breivik mengalami halusinasi yaitu iya mendengar 100 suara yang menyuruhnya untuk mengurungkan niatnya untuk menembak korban pertamanya, namun hal itu tidak dihiraukannya dan ia tetap menembak korbanya.
  2. Breivik mengalami delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Breivik mengaku ia adalah seorang pelaku politik ekstrim yang peduli terhadap rakyat norwegia dari para imigran dan multikulturalisme.
  3. Breivik mengalami gangguan afektif, ia tidak merasakan empati sedikitpun terhadap apa yang telah ia lakukan, menurutnya ia akan ambruk ketika ia merasakan empati terhadap apa yang ia lakukan. Secara emosional breivik tidak memiliki afek datar ia pernah merasakan sedih ketika pemakaman saudara temannya selebihnya ia tidak pernah mengalami kesedihan lagi.
  4. Breivik menyadari atas apa yang ia lakukan namun ia tidak menyesal sedikitpun akan hal itu, dan merasa bahwa hal itu bukan kejahatan melainkan perlindungan terhadap warga norwegia dari ancaman multikulturalisme.


Sumber Artikel

Analisis Film ( a Beautiful Mind)



SINOPSIS FILM :

    Film a beautiful mind merupakan film garapan sutradara Ron Howard dan diperankan apik oleh Rusell Crowe sebagai pemeran utama bernama John Forbes Nash. Film ini menggambarkan kisah perjuangan matematikawan peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. Nash berhasil menemukan konsep ekonomi yaitu teori keseimbangan yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer. Film ini diawali oleh perjalanan seorang Nash yang masih menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi ternama, Princeton. Sebagai seorang mahasiswa, Nash boleh dikatakan unik, caranya dalam mendapatkan ilmu tidak sama dengan mahasiswa kebanyakan lainnya. Dirinya lebih suka belajar secara otodidak dibandingkan belajar dikelas. namun dengan begitu, gelarnya sebagai Doktor diraihnya dengan ide kreatifnya yang didapat dari cara belajarnya yang unik. 

    Tak hanya mendapatkan gelar sebagai Doktor, Nash juga berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di Wheller Defence lab, MIT. Ditengah karirnya yang menuntut kerja keras dan persaingan yang ketat, Nash memiliki teman sekamar yang bernama Charles Herman yang sangat memahami sifat Nash dan memiliki keponakan cilik bernama Marce. Dibalik kesuksesannya sebagai seorang peneliti, tidak banyak yang mengetahui bahwa Nash mengidap penyakit Gangguan kejiwaan, Skizofrenia.  Penyakit mental yang memiliki gejala (waham) seperti tidak dapat membedakan antara halusinasi dan kenyataan realita yang dialaminya, selalu dihinggapi rasa ketakutan akan sesuatu yang seolah-olah mengejar-ngejarnya, kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungan yang kurang, sampai pada delusi atau memiliki keyakinan yang salah terhadap suatu hal.

     Hidup Nash mulai mengalami pergoncangan hebat ketika suatu saat, ia diminta oleh PENTAGON dalam misi memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. dalam misi inilah, Nash bertemu dengan William Parcher seorang agen rahasia yang memberinya pekerjaan sebagai mata-mata, pekerjaan yang baru yang menantang Nash sampai dirinya sangat terobsesi dengan apa yang dikerjakannya dan seakan-akan hidup di dunianya sendiri.

     Adalah Alicia Larde, seorang mahasiswi yang dinikahi oleh Nash, namun dalam perjalanannya keadaan mental Nash justru semakin parah dan merasa selalu di hantui oleh ancaman bahaya terkait dengan pekerjaannya sebagai mata-mata. perilaku Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan parah. Suatu hari, Nash sedang menjadi pembicara dalam seminar di Harvard, Dr. Rosen seorang ahli jiwa yang menangkap waham dalam diri Nash,  dan membawa Nash ke rumah sakit jiwa. Semenjak itulah terungkap bahwa Nash mengidap Paranoid Schizophrenia. didapatkan fakta bahwa beberapa kejadian yang dialami Nash selama ini hanyalah khayalan semata. Untungnya, cinta kasih Alicia kepada Nash membantunya untuk berjuang dalam melawan penyakit serta memberinya semangat untuk bangkit.

ANALISA :

Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut:
1. adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.
- Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.
2. adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
3. gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.
5. social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu :
-Kalah bermain dari temannya
-Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
-Merasa tidak dapat melayani isterinya
-Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali

Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
-Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
-Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.

Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatanECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.

Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.

Sampai saat ini Skizofrenia adalah salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti penyebabnya. Bukti terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak penderitanya adalah abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis) bisa dimungkinkan bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis.

Sumber :
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta : PT RajaGrafindo Perkasa. Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.
Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta, 1995.

Minggu, 25 Maret 2012

Gejala Anxietas


Apa saja ciri-ciri Anxiety Disorder?

Ada 6 simtom anxiety disorder
  1. Cemas, gelisah (khawatir)
  2.  Mudah merasa lelah
  3. Sulit untuk berkonsentrasi
  4. Iritabilitas atau mudah marah, mudah tersinggung (sensitive)
  5. Ketegangan otot (motorik)
  6. Gangguan tidur -> sulit tidur, kualitas tidur buruk dan sering terbangun

Dan seseorang yang dikatakan memiliki anxiety disorder harus memiliki minimal 3 ciri diatas dan harus berlangsung minimal selama 6 bulan & mengganggu seluruh peran dan aktivitas kehidupannya.



Sumber : Materi perkuliahan Psikologi Abnormal 19 Maret 2012. Dosen bu Zarina Akbar, M.Psi . UNJ

Sabtu, 17 Maret 2012

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA


FAKTOR SOMATOGENIK (FISIK BIOLOGIS)
  • Nerokimia, misal : Gangguan pada kromosom no 21 menyebabkan munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down
  • Nerofisiologi
  • Neroanatomi
  • Tingkat kematangan dan perkembangan organik
  • Faktor-faktor prenatal dan perinatal

FAKTOR PSIKOGENIK (PSIKOLOGIS)
  • Interaksi ibu-anak
  • Interaksi ayah-anak : peranan ayah
  • Sibling rivalry
  • Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat
  • Kehilangan : Lossing of love object
  • Konsep dini : pengertian identitas diri VS peranan yang tidak menentu
  • Tingkat perkembangan emosi
  • Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya : Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif 
  • Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap perkembangannya
  • Traumatic Event
  • Distorsi Kognitif
  • POLA ASUH PATOGENIK : sumber gangguan penyesuaian diri pada anak

Apa itu POLA ASUH PATOGENIK ?
  1. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya
  2. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”
  3. Penolakan (rejected child)
  4. Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
  5. Disiplin yang terlalu keras
  6. Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan
  7. Perselisihan antara ayah-ibu
  8. Perceraian
  9. Persaingan yang kurang sehat diantara para saudaranya
  10. Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)
  11. Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak)
  12. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-psikotik
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Pola Asuh Patogenik adalah Pola Asuh yang "Sakit"

FAKTOR SOSIOGENIK (SOSIAL-BUDAYA)
  • Tingkat ekonomi
  • Lingkungan tempat tinggal : perkotaan VS pedesaan
  • Masalah kelompok minoritas yg meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai
  • Pengaruh rasial dan keagamaan
  • Nilai-nilai

 Sumber : Bahan ajar power point materi kuliah psikologi abnormal bu (Zarina Akbar. M,Psi) tgl 5 maret 2012

Rabu, 07 Maret 2012

Daniel Radcliffe & OCD


Daniel Radcliffe Ternyata Penderita OCD

Jangan dikira para publik figur yang nampak sempurna di layar kaca maka kehidupan 'normal' nya juga sempurna.  Ini dia salah satu contoh tokoh dimana hampir semua orang mengenalnya dengan kesempurnaannya. Dan ternyata dibalik itu semua, dia memiliki kecemasan yang kelewatan.


Kapanlagi.com - Di balik wajah dan ketenarannya, ternyata Daniel Radcliffemenyimpan sesuatu yang tidak menyenangkan. Bintang HARRY POTTER ini ternyata mengidap penyakit obsessive-compulsive disorder yang lebih dikenal dengan nama OCD.


Seperti dilansir dari The Sun, aktor asal Inggris ini mengaku telah mengidap penyakit tersebut sejak berusia lima tahun. Kelainan ini membuat Daniel selalu tidak percaya diri dengan apa yang sudah dilakukannya.

OCD sendiri adalah kelainan kecemasan klinis yang membuat penderitanya selalu bersikap obsesif. Perilaku ini membawa penderita menuju sikap perfectionis yang berlebihan. Contohnya, Daniel sendiri perlu waktu hingga lima menit untuk meyakinkan diri bahwa dia telah mematikan lampu

"Aku harus mengulang-ulang setiap kata yang kuucapkan dalam hati. Pokoknya aku akan menghimbau siapa saja untuk melakukan terapi. Kelainan ini jangan sampai membuat kalian merasa gila atau lemah," ungkap Daniel.

Selama setahun belakangan, Daniel mengaku kondisinya jauh lebih baik. Namun sayang hal itu justru membuatnya lalai dan melupakan terapi. Walaupun hal ini belum menimbulkan terlalu banyak masalah, namun, Daniel mengaku khawatir dengan hal tersebut. (sun/ris)


Sumber :
http://www.kapanlagi.com/showbiz/hollywood/daniel-radcliffe-ternyata-penderita-ocd.html

CBT and SRI


Cognitive behavioral therapy (CBT) is a psychotherapeutic approach: a talking therapy. CBT aims to solve problems concerning dysfunctional emotions, behaviors and cognitions through a goal-oriented, systematic procedure in the present. The title is used in diverse ways to designatebehavior therapycognitive therapy, and to refer to therapy based upon a combination of basicbehavioral and cognitive research.

There is empirical evidence that CBT is effective for the treatment of a variety of problems, including mood, anxiety, personality, eating, substance abuse, and psychotic disorders. Treatment is sometimes manualized, with specific technique-driven brief, direct, and time-limited treatments for specific psychological disorders. CBT is used in individual therapy as well as group settings, and the techniques are often adapted for self-help applications. Some clinicians and researchers are more cognitive oriented (e.g. cognitive restructuring), while others are more behaviorally oriented (in vivo exposure therapy). Other interventions combine both (e.g. imaginal exposure therapy).

CBT was primarily developed through an integration of behavior therapy with cognitive therapy. While rooted in rather different theories, these two traditions found common ground in focusing on the "here and now", and on alleviating symptoms. Many CBT treatment programs for specific disorders have been evaluated for efficacy; the health-care trend of evidence-based treatment, where specific treatments for symptom-based diagnoses are recommended, has favored CBT over other approaches such as psychodynamic treatments. In the United Kingdom, the National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) recommends CBT as the treatment of choice for a number of mental health difficulties, including post-traumatic stress disorderOCDbulimia nervosa, and clinical depression

Anxiety disorders
A basic concept in some CBT treatments of anxiety disorders is in vivo exposure—a gradual exposure to the actual, feared stimulus. This treatment is based on the theory that the fear response has been classically conditioned and that avoidance negatively reinforces and maintains that fear. This "two-factor" model is often credited to O. Hobart Mowrer. Through exposure to the stimulus, this conditioning can be unlearned; this is referred to as extinction and habituation. CBT also looks at an individual's way of thinking and the way that he or she reacts to certain habits or behaviors.  A specific phobia, such as fear of spiders, can often be treated with in vivo exposure and therapist modeling in one session. Obsessive compulsive disorder is typically treated with exposure with response prevention.

Social phobia, also known as social anxiety, has often been treated with exposure coupled with cognitive restructuring, such as in Heimberg's group therapy protocol. Evidence suggests that cognitive interventions improve the result of social phobia treatment. CBT has been shown to be effective in the treatment of generalized anxiety disorder, and possibly more effective than pharmacological treatments in the long term. In fact, one study of patients undergoing benzodiazepine withdrawal who had a diagnosis of generalized anxiety disorder showed that those who received CBT had a very high success rate of discontinuing benzodiazepines compared to those who did not receive CBT. This success rate was maintained at 12-month follow up. Furthermore in patients who had discontinuedbenzodiazepines, it was found that they no longer met the diagnosis of general anxiety disorder and that patients no longer meeting the diagnosis of general anxiety disorder was higher in the group who received CBT. Thus CBT can be an effective tool to add to a gradual benzodiazepine dosage reduction program leading to improved and sustained mental health benefits.

"Dalam tataran dunia psikologi klinis, terapi kognitif perilakuan atau sering kita sebut sebagai CBT (Cognitive Behavioral Therapy) merupakan salah satu metode psikoterapi yang paling fenomenal. Sebagai sebuah terapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah tentang disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui prosedur berorientasi pada tujuan, metode ini dikenal dengan tahapan-tahapannya yang sistematis, goal oriented, dan bisa cukup leluasa dikombinasikan dengan metode lain untuk mewujudkan proses psikoterapi yang integratif."

Serotonin Reuptake Inhibitor
A serotonin reuptake inhibitor (SRI) is a type of drug that acts as a reuptake inhibitor for the neurotransmitter serotonin (5-hydroxytryptamine [5-HT]) by blocking the action of the serotonin transporter (SERT). This in turn leads to increased extracellular concentrations of serotonin and, therefore, an increase in serotonergic neurotransmission.

SRIs are not synonymous with selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), as the latter term is usually used to describe the class of antidepressants of the same name, and, because SRIs, unlike SSRIs, can be either selective or nonselective in their action. For example, cocaine, which nonselectively inhibits the reuptake of serotoninnorepinephrine, and dopamine, can be called an SRI, but not an SSRI.

Indication

Sumber :