Psikolgi abnormal adalah suatu
cabang dari psikologi yang mempelajari tentang prilaku yang
abnormal (abnormal behavior), khususnya yang berkaitan dengan patologis
yang disebut juga sebagai gangguan prilaku (behavior disorder).
Abnormal itu sendiri berarti
prilaku yang menyimpang dari normal. Dimana standar prilaku normal itu sendiri
bervariyasi, misalnya perbedaan kultur atau budaya, di indonesia meludahi orang
lain berarti berprilaku tidak sopan, namun di belahan dunia lain meludahi orang
yang baru datang berarti menyambutnya dan sebagainya. Namun dari pengertian
tersebut, prilaku yang abnormal tidak serta merta dianggap patologis.
Menurut Szasz, prilaku seseorang
dianggap patologis apabila pola prilaku yang telah dipelajarinya secara minimal
sekalipun tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh masyarakatnya(socially
maladjusted).
Dalam buku Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, yang merujuk pada buku Diagnostic
and Statistic Manual (DSM) edisi IV, dan juga The ICD- 10
Classification of Mental and Behavioral
Disorders, yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah Mental disorder
is conceptualized as clinically significant behavioral or psychological
syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated whit
present distress (eg., a painful sympton) or disability (ie.,
impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant
increased risk of suffering death, pain,
disability, or important loss of freedom.
Jadi, dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa konsep gangguan jiwa itu meliputi adanya gejala klinis yang
bermakna berupa sindrom perilaku atau sindrom psikologik, gejala klinis
tersebut menimbulkan penderitaan (distress), dan menimbulkan disabilitas (disability;
misalnya tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri).
Sumber:
Diktat Psikologi Abnormal, 2007
Diposkan oleh Ratu Nisa Indriasari, S.Psi
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/pengertian-psikologi-abnormal.html
Perilaku Abnormal
Perilaku
abnormal dapat dilakukan dengan pendekatan tiga perspektif
- Frekuensi statistik
- Norma sosial, dan
- Penyimpangan perilaku.
Perilaku
abnormal ditinjau dari perspektif frekuensi statistik, apakah perilaku yang
dilakukan jarang ada di populasi umum.
Tinjauan
dari perspektif kedua adalah norma sosial, perilakunya benar-benar menyimpang
dari penerimaan standar sosial, nilai-nilai yang berlaku, dan norma-norma pada
umumnya. Norma dari waktu ke waktu terbentuk secara mapan, dan secara bertahap
mengalami perubahan. Apakah seseorang mengalami penyimpangan berdasarkan
norma-norma masyarakat, bila dievaluasi berdasarkan persepktif ini? Mungkin
lebih mudah mengevaluasinya, saat ia berjalan bertelanjang atau tidak
menunjukkan diri dalam waktu satu minggu?
Perspektif
ketiga memandang perilaku abnormal, bila hal tersebut bertentangan dengan
fungsi hidup kemampuan individu dalam masyarakat. Apakah seseorang dapat
berfungsi, sebagaimana seharusnya dalam kehidupan sehari-hari? Hal ini mencakup
kemampuan bekerja sama, merawat diri sendiri, dan memiliki interaksi sosial
yang normal.
Inti
penjelasan perilaku normal atau abnormal berkaitan dengan banyaknya informasi
yang dimungkinkan untuk diperoleh, agar suatu diagnosa dapat dilakukan. Hal ini
penting dilakukan agar jelas, apakah suatu perilaku itu dapat digolongkan sebagai
perilaku normal atau abnormal. Pemberian labelling, apakah perilaku tersebut digolongkan
abnormal jelas bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
Beberapa
perilaku abnormal seringkali disalahartikan dengan perilaku eksentrik. Perilaku
yang tidak biasa atau aneh, tetapi tidak sakit mental. Pada beberapa kasus terdapat
kesulitan untuk membedakan perilaku abnormal. Guna membantu hasil suatu diagnosa,
perlu diperhatikan sejumlah faktor berkaitan dengan waktu, umur dan intensitas
perilaku.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita mengenal perilaku aneh yang berbeda dari orang-orang
umumnya. Misalnya ada orang yang marah-marah tanpa sebab, orang yang hidupnya
suka menyendiri, atau ada orang yang murung berkepanjangan, sehingga tidak
mampu mengerjakan tugasnya sehari-hari. Seseorang dapat saja mengalami rasa
tertekan (distress) sehingga cemas dan ketakutan, sehingga menganggu ketenangan
orang lain. Orang ini kemana-mana tidak berani sendirian, ia mengira-ira
berbagai masalah dan kesulitan akan menimpa dirinya, dan banyak masalah yang
akan timbul dalam perjalanannya.
Apa yang
dinamakan gangguan psikis sebenarnya merupakan pengalaman yang dapat dialami
oleh setiap orang, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sampai suatu saat,
seseorang mengalami gangguan psikis (stres, cemas, depresi, rasa bersalah dan
sebagainya), ia tidak merasakan “pengalaman buruk’ itu menjadi miliknya.
Masalah-masalah itu seperti jauh dari kehidupannya, walaupun disadari ada banyak
masalah dalam kenyataan hidupnya. Namun ia merasakan bahwa orang lainlah yang
menjadi sumber masalahnya dan bukan
dirinya.
Ada gejala-gejala
yang menandai perilaku terganggu atau gangguan psikis, antara lain adalah:
- Berkeringat terus menerus apabila berbicara dengan orang asing atau orang yang belum dikenal.
- Menolak makan karena merasa terlalu gemuk dan ingin menjadi kurus.
- Merasakan orang lain di sekitarnya selalu mengikuti dirinya dan menyadap pembicarannya.
- Melakukan cuci tangan setiap kali dan berkali-kali.
- Berpikir terus menerus tentang ayahnya, sehingga menganggu pekerjaannya.
- Merasa harus melakukan suatu perilaku berulang-ulang, tanpa dapat ditolak.
- Merasa cemas tanpa alasan
Pengertian Perilaku Abnormal
Bila
melihat gejala-gejala yang dialami orang-orang abnormal, maka akan sulit membedakan
orang yang normal dan abnormal. Orang yang sehat (normal) dalam arti mampu
hidup sehari-hari seperti orang lainnya, juga bisa mengalami gangguan psikis seperti
tanda-tanda tersebut di atas.
Perilaku
abnormal adalah suatu penyimpangan (deviasi). Seseorang dikatakan mengalami
penyimpangan kalau ia berperilaku berbeda dari reratanya. Hal ini didasarkan
pada perhitungan statistik, yang mendasarkan gejala-gejala kejiwaan maupun
ukuran perilaku pada nilai rerata. Orang yang di bawah ukuran rerata kecerdasan,
tergolong menyimpang dari rerata, demikian pula nilai di atas rerata juga tergolong
menyimpang dari rerata.
Penyimpangan
juga dapat dilihat dari fungsi optimal. Orang yang tidak berfungsi optimal juga
mengalami gangguan dalam kondisi tertentu. Definisi abnormal dapat dilihat dari
perilaku sebagai akibat dari gangguan yang sifatnya biologis (fisik), psikologis
dan sosial. Bila ditinjau dari kriteria biologis seseorang yang sakit fisiknya,
berarti tidak dapat berfungsi optimal dalam hidupnya karena gangguan fisik,
misalnya sakit jantung, sakit gigi, sakit kepala. Walaupun kondisi biologis
sering tidak berkaitan dengan kondisi psikis dan sosial, tetapi banyak kasus
yang menunjukkan penyimpangan psikis dan sosial justru bersumber dari kondisi
gangguan fisik. Hal tersebut mengakibatkan perilakunya bermasalah, karena ada
gangguan secara biologis. Seseorang yang sedang sakit gigi yang amat sangat,
akan enggan berbicara atau membahas suatu peristiwa.
Demikian
juga bila otak seseorang kelebihan unsur kimiawi dopamine, maka perilaku orang
itu terganggu dan tergolong gangguan schizophrenia, akibatnya seseorang
mengalami pemikiran yang kacau dan halusinasi. Usaha untuk mengatasi adalah
mengurangi unsur dopamine, sehingga perilakunya menjadi normal kembali.
Penemuan
melalui teknologi tinggi tentang fungsi dan struktur otak manusia membantu
memberikan informasi tentang keabnormalan dalam kerja otak sehingga perilaku
terganggu dapat dicegah atau dikurangi.
Kriteria Perilaku Abnormal secara sederhana
dapat dikategorisasikan sebagai berikut
- Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala fisik, terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam struktur dan fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
- Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa. Fungsi kognitif yang mundur atau aneh. Status emosi terganggu. Distress personal: perilaku menyimpang.
- Segi sosial. Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.
Abnormal Psychology
From Wikipedia, the free encyclopedia
Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang
mempelajari pola perilaku yang tidak biasa, emosi dan pikiran, yang mungkin
atau mungkin tidak dipahami sebagai precipitating gangguan mental.
Ada sejarah panjang dari upaya untuk memahami dan
mengendalikan perilaku dianggap menyimpang atau menyimpang (statistik, secara
moral atau dalam arti lain), dan sering ada variasi budaya dalam pendekatan
yang diambil. Bidang psikologi abnormal mengidentifikasi beberapa penyebab yang
berbeda untuk kondisi yang berbeda, menggunakan teori beragam dari bidang
psikologi umum dan di tempat lain, dan banyak masih bergantung pada apa
sebenarnya yang dimaksud dengan “normal”. Ada tradisional pemisahan antara
penjelasan psikologis dan biologis, mencerminkan dualisme filosofis dalam
kaitannya dengan masalah pikiran tubuh, serta pendekatan yang berbeda dengan
klasifikasi gangguan mental.
Psikologi klinis adalah bidang terapan psikologi yang
berusaha untuk menilai, memahami dan mengobati kondisi psikologis dalam praktek
klinis. Bidang teoritis dikenal sebagai “psikologi abnormal” mungkin membentuk
latar belakang untuk bekerja seperti itu, tapi psikolog klinis yang saat ini
tidak mungkin untuk menggunakan istilah “normal” mengacu pada praktek mereka.
Psikopatologi adalah istilah yang sama dengan psikologi abnormal namun memiliki
lebih merupakan implikasi dari sebuah patologi yang mendasari (proses
penyakit), dan dengan demikian adalah istilah yang lebih umum digunakan dalam
spesialisasi medis yang dikenal sebagai psikiatri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar