SINOPSIS FILM :
Film a beautiful
mind merupakan film garapan sutradara Ron Howard dan diperankan apik
oleh Rusell Crowe sebagai pemeran utama bernama John Forbes Nash. Film ini
menggambarkan kisah perjuangan matematikawan peraih nobel dalam bidang ilmu
ekonomi pada tahun 1994. Nash berhasil menemukan konsep ekonomi yaitu teori
keseimbangan yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer.
Film ini diawali oleh perjalanan seorang Nash yang masih menjadi mahasiswa di
Perguruan Tinggi ternama, Princeton. Sebagai seorang mahasiswa, Nash boleh
dikatakan unik, caranya dalam mendapatkan ilmu tidak sama dengan mahasiswa
kebanyakan lainnya. Dirinya lebih suka belajar secara otodidak dibandingkan
belajar dikelas. namun dengan begitu, gelarnya sebagai Doktor diraihnya dengan
ide kreatifnya yang didapat dari cara belajarnya yang unik.
Tak hanya mendapatkan
gelar sebagai Doktor, Nash juga berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar
di Wheller Defence lab, MIT. Ditengah karirnya yang menuntut kerja keras dan
persaingan yang ketat, Nash memiliki teman sekamar yang bernama Charles
Herman yang sangat memahami sifat Nash dan memiliki keponakan cilik
bernama Marce. Dibalik kesuksesannya sebagai seorang peneliti, tidak banyak
yang mengetahui bahwa Nash mengidap penyakit Gangguan kejiwaan, Skizofrenia.
Penyakit mental yang memiliki gejala (waham) seperti tidak dapat
membedakan antara halusinasi dan kenyataan realita yang dialaminya, selalu
dihinggapi rasa ketakutan akan sesuatu yang seolah-olah mengejar-ngejarnya,
kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungan yang kurang, sampai pada delusi
atau memiliki keyakinan yang salah terhadap suatu hal.
Hidup Nash mulai mengalami pergoncangan hebat ketika suatu saat, ia diminta oleh PENTAGON dalam misi memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. dalam misi inilah, Nash bertemu dengan William Parcher seorang agen rahasia yang memberinya pekerjaan sebagai mata-mata, pekerjaan yang baru yang menantang Nash sampai dirinya sangat terobsesi dengan apa yang dikerjakannya dan seakan-akan hidup di dunianya sendiri.
Adalah Alicia Larde, seorang mahasiswi yang dinikahi oleh Nash, namun dalam perjalanannya keadaan mental Nash justru semakin parah dan merasa selalu di hantui oleh ancaman bahaya terkait dengan pekerjaannya sebagai mata-mata. perilaku Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan parah. Suatu hari, Nash sedang menjadi pembicara dalam seminar di Harvard, Dr. Rosen seorang ahli jiwa yang menangkap waham dalam diri Nash, dan membawa Nash ke rumah sakit jiwa. Semenjak itulah terungkap bahwa Nash mengidap Paranoid Schizophrenia. didapatkan fakta bahwa beberapa kejadian yang dialami Nash selama ini hanyalah khayalan semata. Untungnya, cinta kasih Alicia kepada Nash membantunya untuk berjuang dalam melawan penyakit serta memberinya semangat untuk bangkit.
ANALISA :
Dari film tersebut dapat diketahui
bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simpton –
simpton/ indikasi sebagai berikut:
1. adanya delusi atau waham, yakni
keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of
persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang
mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen
pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu
curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan,
diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of
grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan
serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode
rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.
- Waham Pengaruh (delusion of
influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba
mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu
ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius,
dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.
2. adanya halusinasi, yaitu
persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal
tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga
orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya),
William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain
itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
3. gejala motorik dapat dilihat
dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan
lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan
teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. adanya gangguan emosi, adegan
yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi
sedikitpun.
5. social withdrawl (penarikan
sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada
umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai
dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Stressor atau kejadian – kejadian
yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu :
-Kalah bermain dari temannya
-Merasa gagal berprestasi untuk
mendapatkan cita – citanya
-Merasa tidak dapat melayani isterinya
-Tidak bisa bekerja atau
mendapatkan pekerjaan kembali
Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
-Pemalu, introvert, penyendiri,
rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul
(tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
-Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
-Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
Dalam film tersebut John Nash
dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatanECT (Electroshock Therapy) atau
terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi
yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti
depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik
berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip
dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus
listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas
otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan
cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek
samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang
dialirkan.
Setelah menjalani perawatan di
rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat
Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita
skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat
– obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan
konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat
antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian
obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak
memiliki gairah seksual.
Selain terapi biologis, John Nash
juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan
kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial
(dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus
berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam
menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.
Sampai saat ini Skizofrenia adalah
salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti penyebabnya. Bukti
terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak penderitanya adalah
abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis) bisa dimungkinkan
bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis.
Sumber :
Chaplin, J.P. 2001. Kamus
Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta : PT RajaGrafindo Perkasa.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.
Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta, 1995.
Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar