Minggu, 04 Maret 2012

OCD (Obsessive Compulsive Disorder)


A Mindfulness-Based Treatment of Obsessive-Compulsive Disorder

Abstrak
Mereka yang menderita gangguan obsesif-kompulsif (OCD), sebagian besar tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan yang standar dari dua percobaan Serotonin reuptake inhibitor (SRI) dan Cognitive behavioral therapy (CBT) . Selain menjadi refrakter terhadap pengobatan, orang-orang yang memiliki gangguan ini dapat  mempengaruhi kualitas hidup mereka. Para penulis menyajikan kasus  seorang individu yang dibantu untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan menerima dirinya adalah seorang OCD dan sebagai kekuatan serta meningkatkan kesadaran sehingga dia mampu memasukkan  OCD-nya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dia berhasil mengatasi OCD-nya, melemahkan dan ini diperoleh dari semua pengobatan dalam waktu 6 bulan intervensi. Tiga tahun pasca intervensi tindak lanjut menunjukkan bahwa dia sehat, memiliki gaya hidup sehat meskipun tetap ada beberapa pikiran obsesif, mereka tidak mengontrol perilakunya.

Inti Kasus
Janice berusia 25 tahun, seorang Kaukasia. Dia mengalami OCD ‘bebersih’, selalu membersihkan dirinya dan ruangannya. Ketakutan akan kuman yang membuatnya selalu bebersih. Menurutnya kuman dapat membuatnya sakit bahkan mati. Janice sangat peduli akan kebersihan, ini didapat dari ibunya. Saat usianya 10 tahun, adiknya meninggal dunia, dan dia percaya bahwa kepergian adiknya dikarenakan dirinya. Waktu itu setelah dia bermain di taman, dia memegang adiknya dengan tangannya yang kotor, untuk menghentikan tangisan adiknya.

Dokter pribadi keluarganya menyatakan bahwa Janice mengalami OCD dan memerlukan pengobatan Serotonin reuptake inhibitor (SRI). Seiring waktu, intensitas frekuensi OCD-nya menjadi sering dan sulit baginya untuk mengontrol dengan obat-obatan. Bila hanya dengan obat, itu sangat  tidak efektif, dia juga menerima adjunctive psychology therapy. Dia pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak  empat kali karena OCD-nya pada tahun lalu. Dia diobati dengan obat dan Cognitive behavioral therapy  (CBT), dan distabilkan. Rawat inap saat ini adalah yang kelima karena dia benar-benar suda lemah kerena OCD-nya, sejauh ini  dia tidak dapat meninggalkan kamarnya selain untuk mengurus kebersihan dirinya karena dorongan kecemasannya yang tinggi.

Analisis
Dari kasus tersebut didapatkan bahwa Janice mengalami Gangguan Obsesif- Kompulsif (PPDGJ-III). Janice merasa khawatir akan kebersihan sehingga dia harus berulangkali membersihkan kamarnya dan dirinya agar tidak terkena kuman.

Pedoman Pikiran Obsesif. Keadaan dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien). Dan meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distres).

Pedoman Tindakan Kompulsif. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khusunya mencuci tangan), memeriksa berulang-ulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapihan dan keteraturan. Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut. Dan tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan mengambil keputusan dan kelambanan.
  • Disfungsi psikologis yaitu individu abnormal dimana individu tersebut tidak dapat menjalankan perannya. Ada 3 kriteria individu yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

  1. Secara kognitif : Janice merasa cemas akan kebersihan, kehawatiran akan kuman-kuman yang dapat membuatnya sakit bahkan mati. Saat dia telah melakukan sesuatu atau ada sesorang menyentuh barang-barangnya, dia langsung membersihkan dirinya dan membersihkan barang-barangnya.
  2. Secara afektif : Janice selalu merasa bersalah karena dia beranggapan bahwa kematian adiknya disebabkan oleh dirinya, saat tangannya kotor dan dia menghentikan tangisan adiknya dengan tangannya yang kotor. Sehingga dia ‘harus selalu’ dalam kedaan bersih.
  3. Secara psikomotor : Jasice menghindari aktivitas yang menurutnya akan membuat dirinya kotor, karena itu akan mengancam dirinya.

  • Distress (impairment) hendaya yaitu individu abnormal yang menunjukan keadaan "merusak" diri baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik : Janice mengalami kelelahan karena selalu malakukan bebersih. Secara psikis : Janice merasa cemas saat dia bersosialisasi, karena dia khawatir akan terkena kuman. Dan situasi ini membuat Janice tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
  • Respon atipikal yaitu respon yang tidak sesuai dengan sosiokultural yang ada dilingkungan sekitarnya. Janice selalu merasa cemas sehingga dia harus selalu membersihkan dirinya, ruangannya dan barang-barangnya. Dan ini membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas yang baik sehari-harinya.  Dalam budaya sekitarnya, hal ini tidak wajar, karena bagaimana pun juga Janice harus melakukan aktivitas sehari-hari yang setiap orang lakukan.
Sumber : 
  1. Jurnal "A Mindfulness-Based Treatment of Obsessive-Compulsive Disorder", NIRBHAY N. SINGH-ONE Research Institute, ROBERT G. WAHLER-University of Tennessee, Knoxville, ALAN S. W. WINTON-Massey University, ANGELA D. ADKINS-Western State Hospital, THE MINDFULNESS RESEARCH GROUP. Clinical Case Studies/2004.
  2. PPDGJ-III 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar